Grab didirikan oleh Anthony Tan dan Hooi Ling Tan yang merupakan warga negara Malaysia, mereka melihat adanya dampak negatif dari tidak efisiennya sistem transportasi yang ada pada saat itu. Merekapun memiliki ide untuk membuat aplikasi pemesanan transportasi, khususnya taksi, yang kemudian menobatkan mereka sebagai finalis dalam Kontes Harvard Business School’s 2011 Business Plan. Grab merupakan aplikasi layanan transportasi terpopuler di Asia Tenggara yang kini telah berada di Singapura, Indonesia, Filipina, Malaysia, Thailand dan Vietnam, menghubungkan lebih dari 10 juta penumpang dan 185.000 pengemudi di seluruh wilayah Asia Tenggara. Layanan Grab ditujukan untuk memberikan alternatif berkendara bagi para pengemudi dan penumpang yang menekankan pada kecepatan, keselamatan, dan kepastian. Grab sendiri telah hadir di Indonesia pada bulan Juni 2012 sebagai aplikasi pemesanan taksi dan sejak itu telah memberikan beragam pilihan transportasi seperti mobil dan ojek. Adapun logo Grab yang dapat kita lihat melalui gambar sebagai berikut :
Aplikasi Grab menawarkan 5 pilihan layanan transportasi mulai dari taksi, mobil pribadi, sepeda motor hingga pengiriman paket untuk memenuhi kebutuhan penumpang di Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam dan Indonesia yaitu meliputi:
a. GrabTaxi :Layanan taksi premium dengan jaringan terluas di Asia
Tenggara.
b. GrabCar :Layanan transportasi untuk mereka yang memilih
kenyamanan berkendara layaknya menggunakan mobil
pribadi.
c. GrabBike :Sebuah alternatif layanan transportasi untuk mereka yang
ingin lebih cepat dan aman sampai ke tujuan.
d. GrabExpress :Layanan pengiriman paket yang cepat, aman dan
terpercaya.
Grab (dahulu GrabTaxi), startup asal Malaysia yang mulai melebarkan sayapnya ke seluruh penjuru Asia Tenggara. Grab pertama kali menjejakkan kaki di pasar Indonesia pada Juni 2014 dengan layanan GrabTaxi. Seiring dengan popularitasnya yang semakin meluas, pada 2015 GrabTaxi melakukan ekspansi dengan merilis layanan ojek online pesaing Go-Jek, yakni GrabBike. Layanan ini pun bisa diterima dengan baik oleh masyarakat. Dan pada Juni 2015,barulah GrabTaxi merilis GrabCar di Bali. Lalu, pada Agustus 2015, GrabCar juga hadir di Jakarta. GrabCar merupakan layanan transportasi kendaraan roda empat berpelat hitam. Perusahaan Grab Indonesia memiliki layanan website yang berfungsi sebagai media untuk memberikan informasi bagi konsumennya mengenai jasa apa yang mereka jual
Masuknya Grab ke Indonesia bersinergi dengan pihak pemerintah dalam mengatasi berbagai tatanan transportasi di Indonesia. Mereka berhasil memberikan rangkaian layanan transportasi yang lengkap dengan inovasi teknologi. Menurut Direktur Pengelola Grab Indonesia, Ridzki Kramadibrata, pihaknya telah berevolusi dari aplikasi sederhana untuk pemesanan taksi menjadi perusahaan penyedia layanan transportasi darat terbesar di Asia Tenggara.
Secara global, Grab telah mengoperasikan layanan transportasinya di kawasan regional ASEAN. Di Indonesia, Grab berkembang pesat dengan masifnya ekspansi yang dilakukan ke berbagai kota. “Hingga saat ini Grab berhasil menghadirkan layanannya ke lebih dari 100 kota di Indonesia sepanjang tahun 2017. Momen ini mengukuhkan posisi kami sebagai platform dengan wilayah layanan terluas dan pertama yang melayani masyarakat Indonesia mulai dari Aceh hingga Papua,” ungkapnya.
Grab di Asia Tenggara telah memiliki 2,3 juta mitra pengemudi di 8 negara, dengan jumlah perjalanan mencapai 3,5 juta per hari. Beberapa negara yang dijangkau layanan Grab adalah Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Ridzki juga menyampaikan hasil riset dari TNS, firma riset pemasaran global, yang mengungkapkan bahwa Grab adalah brand yang paling sering digunakan di Indonesia dibandingkan dengan aplikasi ride-hailing lainnya.
Keberhasilan tersebut menjadi bukti pertumbuhan perusahaan yang cukup signifikan dan wujud komitmennya sebagai penyedia pelayanan transportasi daring terbaik di pasarnya. “Prestasi ini disambut Grab Indonesia dengan mewujudkan komitmen masterplan ‘Grab 4 Indonesia 2020’ melalui pembangunan kapabilitas teknologi yang nyata,” ujarnya. Grab Indonesia berusaha tidak sekadar menjadi perusahaan ride-hailling, namun juga mendorong terciptanya masyarakat non-tunai melalui sektor pembayaran yang merupakan bagian dari ekonomi digital.
Masuknya Grab dengan GrabPay untuk sektor pembayaran didorong oleh dampak dan perubahan yang dapat ditimbulkan terhadap gaya hidup masyarakat. “Hal ini memungkinkan kami untuk menjangkau dan menyediakan akses kepada masyarakat yang tidak/belum memiliki akses terhadap layanan perbankan,” ungkap Ridzki. Edukasi ini terus dilakukan bekerja sama dengan sektor publik maupun swasta. Sekarang, Grab telah bekerja sama dengan lebih dari 60 rekanan dalam layanan keuangan dan terdapat 160 rekanan dalam program GrabRewards.
“Kini platform pembayaran mobile GrabPay telah berintegrasi dengan fitur pembayaran Kudo. Grab telah mengakuisisi startup Kudo yang juga menyediakan perdagangan online to offline (O2O),” ungkapnya. Integrasi Grab dengan Kudo sebagai bagian dari komitmen masterplan ‘Grab 4 Indonesia 2020.’ Selain itu, prioritas Grab adalah memastikan bahwa para penumpang memiliki akses untuk memilih jenis moda transportasi yang mereka inginkan, mulai dari GrabBike, GrabCar, GrabTaxi maupun GrabHitch. Begitupun saat mereka membutuhkan layanan kurir dan pemesanan makanan yaitu GrabParcel, GrabExpress, dan GrabFood.
Pada Mei 2017, Grab Indonesia secara resmi membuka pusat R&D di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta. Pusat R&D Grab Indonesia terbaru ini melengkapi jaringan pusat R&D global yang terletak di Bangalore, Beijing, Ho Chi Minh City, Seattle, dan Singapura. “Dibangunnya R&D di Indonesia memberikan kesempatan para engineer dalam negeri untuk menciptakan inovasi yang memiliki taste hyperlocal,” jelasnya. Upaya ini untuk menghadirkan talenta global terbaik di seluruh dunia demi memecahkan beberapa tantangan lokal terbesar di Asia Tenggara.
Grab secara global telah mendapatkan pendanan sekitar US$4 miliar dalam lima tahun terakhir. Investor tersebut antara lain Vertex Ventures Holding (Temasek); CGV Capital & Qunar (US$15 juta); Tiger Golbal & Hillhouse Capital (US$65 juta); SoftBank (US$250 juta di 2014); China Investment Corporation, Didi Chuxing & Coatue (US$350 juta); SoftBank (US$750 juta di 2016); SoftBank & Didi Chuxing (sekitar US$2,5 miliar di 2017 dan US$700 juta dalam bentuk fasilitas hutang.
Berdasarkan data Top Brand Index (TBI), Grab Indonesia termasuk berada diurutan ke-2 TOP dalam kategori jasa transportasi online yaitu sebesar 14,7%. TBI sendiri diformulasikan berdasarkan tiga variabel, yaitu mind share menunjukkan kekuatan merek dibenak konsumen. Market share menunjukkan presentase penjualan produk atau jasa perusahaan dan commitment share menjelaskan kekuatan merek (www.topbrand-award.com). Terlepas dari penghargaan diatas, kepuasan konsumen merupakan hal yang menjadi perhatian khusus oleh Grab dalam memberikan kualitas layanan website terhadap konsumen. Dari hasil jumlah pengunjung yang menurun dan adanya beberapa keluhan yang masih dirasakan oleh konsumen yang menggunakan jasa layanan website Grab, maka pihak Grab harus memperbaiki layanan website tersebut. Menurut

